Wakil Ketua MPR, Lestari Moerdijat atau biasa dikenal dengan Rerie, menegaskan bahwa gerakan bangga berkebaya harus lebih diperluas sebab ini merupakan bagian dari pelestarian warisan budaya bangsa dan penegasan identitas perempuan Indonesia.
"Dalam pernyataan tertulisnya pada hari Selasa, Rerie menyatakan bahwa wanita berkebaya sebenarnya merupakan penghormatan kepada para pendahulu bangsa yang tetap mempertahankan identitas mereka di tengah arus modernisasi dan berjuang untuk kesetaraan atas cinta tanah air," tambahnya.
Selasa, di acara peluncuran buku 'Kebaya: Keagungan Yang Diwariskan' di Ruang Pustakaloka, Gedung Nusantara V, Kompleks DPR RI/MPR RI/DPD RI di Senayan, Jakarta, penulis mengumumkan saat memberi sambutan bahwa acara tersebut dihadiri oleh sejumlah anggota parlemen perempuan, istri Anggota Kabinet Merah Putih, dan komunitas perempuan berkebaya di Indonesia.
"Menurut pandangan Rerie, kebaya bukan hanya pakaian tradisional, tetapi juga warisan budaya yang berhubungan langsung dengan nasionalisme Indonesia."
"Kebaya memperlihatkan keunikan identitas perempuan dan menunjukkan kekayaan budaya Indonesia," tambahnya Rerie.
"Rerie menjelaskan bahwa kebaya merupakan refleksi identitas nasional yang berasal dari kehendak perempuan untuk mempertahankan batik sebagai identitas. Dia menegaskan bahwa kebaya akhirnya menjadi simbol pergerakan perempuan."
"Dalam pandangan Rerie, selama penjajahan Belanda, upaya mempertahankan dan merawat identitas etnis adalah bagian integral dalam perjuangan dan pelestarian keunikan budaya kita."
"Sejak periode awal abad ke-20, kebaya telah menjadi lambang persatuan dan pergerakan perempuan, ujar Rerie, dan pada awal masa pemerintahan Soekarno, kebaya ditetapkan kembali sebagai pakaian nasional bagi perempuan."
"Di masa itu, perempuan dengan kebaya mereka mulai memasuki berbagai ruang sosial, membawa isu-isu kesetaraan," ungkap anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu.
"Rerie menegaskan, Gerakan Bangga Berkebaya yang sedang bergulir saat ini adalah bukti solidaritas dan persatuan perempuan dalam menjaga pelestarian budaya. Pada awal tahun mendatang, katanya, Indonesia bersama Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam akan berusaha mengusulkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda kepada UNESCO."
"Menurut Rerie, pengusulan tersebut berdasarkan pada kesadaran akan budaya bersama dan representasi sejarah kolektif, dan sekaligus menjadi simbol kebanggaan perempuan sekawasan."
"Gerakan Bangga Berkebaya, menurutnya, tidak hanya membangkitkan rasa bangga sebagai bangsa, tetapi juga mempererat kohesivitas di antara perempuan ASEAN," tambahnya.