Ipuk Fiestiandani, Bupati Banyuwangi, kini telah menjadi bagian dari keluarga kehormatan masyarakat Bugis Mandar Banyuwangi. Dia mendapatkan penghargaan ini karena berhasil merangkul berbagai etnis di kabupaten ujung timur Pulau Jawa.
Dalam rangkaian acara pengangkatan tersebut, Ipuk menjalankan beberapa ritual yang dipandu oleh ketua masyarakat Bugis Mandar. Ritual ini diadakan di Sanggar Seni Mandar, yang berada di wilayah Kampung Mandar, Banyuwangi pada hari Selasa. Ipuk juga menerima penghargaan berupa nama adat 'Daeng Malolo'.
Dalam rangka menjadi anggota keluarga kehormatan, Ipuk mendapatkan nama adat 'Daeng Malolo' yang merupakan anugerah dari keturunan Imam Lapeo, tokoh agama yang diakui di Sulawesi Barat.
"Nama tersebut memiliki arti wanita cantik mulia yang pemberani, dan kami berharap beliau akan selalu berani untuk memperjuangkan apa yang menjadi keinginan masyarakat, terutama masyarakat adat," kata Faisal Riezal, Ketua Suku Adat Bugis Mandar, pada hari Kamis.
"Faisal menuturkan bahwa masyarakat Bugis Mandar sangat menghargai Ipuk yang telah memberikan ruang kepada mereka untuk membagikan tradisi, ritual, dan kuliner mereka," tambahnya.
"Ibu bupati telah menyediakan kesempatan bagi kami untuk itu. Misalnya, di tahun sebelumnya, kami mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dalam Festival Kebangsaan. Kami sangat berterima kasih atas kesempatan yang telah diberikan," tambahnya.
"Ipuk, menurutnya, memegang peran penting dalam memperkuat hubungan dengan komunitas adat di Banyuwangi, dan ini termasuk komunitas masyarakat adat Bugis Mandar," tambahnya.
"Beliau bisa merangkul kami dan perasaan itu sangat kami rasakan," tambahnya dengan penuh semangat.
"Saya merasa terhormat," kata Ipuk, berterima kasih atas pengangkatan dirinya sebagai keluarga kehormatan oleh masyarakat Bugis Mandar.
"Saya sangat merasa terhormat dengan penobatan kami sebagai keluarga kehormatan masyarakat adat Bugis Mandar Banyuwangi," tambah Ipuk, "Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga gelar ini."
Menurut Ipuk, pemberian gelar keluarga kehormatan adalah sebuah amanah. Ia menambahkan bahwa ia berharap doa-doa dapat membantu menjaga amanah dalam merawat keberagaman di Banyuwangi.
"Kami memiliki tanggung jawab besar untuk merawat, menjaga dan bertanggung jawab atas apa yang akan saya lakukan nantinya," tambahnya dengan penuh keyakinan.
Ipuk menegaskan, "Pemerintah daerah akan selalu membantu dan memfasilitasi perkembangan masyarakat adat di Banyuwangi, termasuk suku Bugis Mandar dan suku-suku lainnya."
"Kami tetap berkomitmen untuk mencakup semua lapisan masyarakat, tidak terbatas pada suku Mandar atau masyarakat adat Bugis Mandar, tetapi juga semua," tambahnya.
"Banyuwangi," tambahnya, "telah berjanji untuk terus memajukan dirinya melalui keberagaman, dengan visi menjadi daerah yang maju, diberkati, dan beragam."
"Perbedaan itu mengingatkan saya pada pelangi, yang meski memiliki warna yang berbeda, namun tetap terlihat indah," tambahnya.